Tahukah anda bahwa negara Israel yang sekarang berdiri terinspirasi dari sebuah buku?? Buku itu berjudul Der Judenstaat-Negara Yahudi- karya Theodore Herzl. Israel yang sekarang menjajah Palestina dan hampir menguasai sebagian besar dunia. Herzl berhasil menghipnotis dan mempengaruhi orang-orang Yahudi untuk mendirikan sebuah negara dengan merebut tanah Palestina. Dan, ketahuilah bahwa dia bukanlah orang yang kaya atau mempunyai pengikut yang banyak.
Ketika menulis Der Judenstaat, kaum Yahudi adalah orang-orang yang tidak berdaya dan tercerai berai. Tetapi, Benyamin Se’ev – nama lain Theodore Herzl- menulis dalam buku hariannya sepulang dari Kongres Basel tahun 1897, “Di Basel, aku dirikan negara Yahudi. Jika aku katakan dengan lantang hari ini, aku akan disambut tertawaan orang-orang di dunia. Mungkin dalam lima tahun, tetapi pasti dalam lima puluh tahun, setiap orang akan menyaksikannya.”
Ada beberapa manfaat yang dapat kita ambil. Kenapa Herzl begitu yakin?? Media dan kekuatan jaringan. Media dapat mengubah orang yang sangat benci sekalipun menjadi minimal tidak peduli. Orang yang malas tergerak hatinya untuk bertindak. Fakta yang benar diputar balikkan sehingga menjadi salah. Mempengaruhi tanpa disadari. Dan jaringan memberi kekuatan dan keyakinan bahwa dia tidak sendiri. Ada banyak orang Yahudi yang ada di sekelilingnya. Bersatu, berpadu dan terbentuklah Negara Yahudi seperti sekarang.
Afwan, saya tidak ingin membahas mengenai media dan jaringan, tapi mengenai ‘lima puluh tahun’. Seperti yang ditulis Herzt, “lima puluh tahun, setiap orang akan menyaksikannya.” Dan sekarang kita dapat menyaksikan negara Yahudi sangat kuat, bahkan menguasai dunia. Hanya karena sebuah buku. Subhanallah…
Keyakinan dan pikiran masa depan. Herzl begitu yakin bahwa 50 tahun lagi negara itu akan terbentuk. Yakin dan berfikir masa depan. 30 tahun lagi, 50 tahun lagi, 60 tahun lagi atau 100 tahun lagi. Ketika itu mungkin kita sudah dikubur di dalam tanah. Entah dimana raga kita?? Kita mungkin sudah punya anak cucu. Lalu, apakah yang kita harapkan dari keturunan kita?? Atau kita sedang menikmati masa tua dan bisa konsentrasi beribadah kepada Allah. Apapun yang kita pikirkan hendaknya dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah.
Kenapa sih kita harus memikirkan masa depan?? Allah SWT telah berfirman di dalam QS Al Hasyr 18 tentang ini,
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang akan dikerjakannya untuk hari seok dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al Hasyr 18)
Nah, sudahkah kita memikirkan masa depan kita?? Hendaknya kita memikirkannya dan mempersiapkannya dengan sungguh-sungguh. Setelah lulus sekolah kita mau kerja apa, dimana, dan untuk siapa?? Kemudian kita akan menikah kapan, dengan siapa, dan persiapan apa yang sudah dipersiapkan?? Bagimana dengan anak-anak kita kelak?? Apakah kita siap mendidiknya. Sehingga menjadi generasi yang kuat imannya, cerdas otaknya, kukuh hatinya, dan semangat hidupnya.
Lalu apa yang sudah kita siapkan untuk 50 tahun mendatang?? Ketika itu barangkali kita sudah tiada. Apa yang sudah disiapkan?? Ada tiga hal yang nanti kita bawa ketika mati; ilmu yang bermanfaat, amal jariyah dan anak-anak shaleh yang senatiasa mendoakan. Manakah yang sudah kita siapkan untuk menyongsong hari itu. Hari dimana kita sibuk mengurus diri sendiri. Tak peduli dengan orang lain. Hanya amal sholeh yang membedakan kita. Hanya derajat takwa yang dapat meninggikan derajat kita di hadapan Allah. Allah tidak melihat seberapa megah rumah kita, seberapa mewah mobil kita dan seberapa banyak uang kita. Hanya tiga itu yang kita bawa mati, dan hendaknya kita siapkan.
Lima puluh tahun nanti mungkin anak cucu kita sudah besar-besar. Apa yang kita harapkan dari mereka?? Apakah kekayaan, rumah megah dan mobil mewah. Toh kita sudah tiada, tak ada yang bisa dinikmati. Kita hanya berharap agar anak cucu kita menjadi generasi yang sholeh dan senantiasa mendoakan kita. Dari kalimat tersebut ada dua hal yang harus diperhatikan, anak yang sholeh, dan selalu mendoakan. Artinya, anak kita senantiasa berbuat sholeh dan selalu mendoakan kita. Mendoakan saja tidak cukup jika senantiasa berbuat maksiat. Maka, sholeh dulu baru berdoa. Semoga mereka kelak tidak lupa dengan kedua orang tuanya. Bukankah hanya doa mereka yang kita pinta??
Dan semoga mereka menjadi orang yang bermanfaat bagi sesama. Khairunnas amfa uhum linnas…Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.
Ya…lima puluh tahun lagi, sudahkah kita memikirkannya?? Awalnya tidak kebayang, tapi jika terus dilatih, lama-lama akan terbiasa. Saya sendiri sedang belajar memikirkan 50 tahun lagi, dan belum berhasil dengan baik. Yang baru saya pikirkan yaitu ketika usia saya menginjak 50 tahun.
Lima puluh tahun lagi, apakah kita sedang berjuang di jalan Allah menjemput syahid di jalan-Nya?? Dan semoga ketika itu, kita dalam kondisi yang membuat Allah Ridho kepada kita. Amiinn.
1 komentar:
http://romansecuil.blogspot.com/
Posting Komentar