Rabu, 28 September 2011

Alay?? Kacian deh Loe…


Alay…Lebay, norak, sukanya rame-rame, sok gaul, pakaiannya ikut-ikutan dan lainnya. Tahukah apa definisi tepatnya? Ah… saya sendiri tidak tahu persis. Tapi yang jelas, saya mengambil definisi alay = anak layangan. Maksudnya, seperti layang-layang yang mengikuti arah angin. Terombang-ambing. Gampang terpengaruh, dan tidak memiliki pendirian. Pendirian tetapnya adalah tetap mengikuti angin. Kemana angin berhembus, ke sanalah ia melayang. Kalau angin bertiup ke barat, maka ikut ke barat. Kalau angin bertiup ke timur, ikutlah ia ke timur. Kalau trend sedang booming tentang boy band dan girl band, rame-rame semuanya ikut-ikutan. Kalau sedang booming soal Korea, maka berbondong-bondong segala hal yang berkaitan dengan Korea diikuti. Mulai dari pakaian, gaya rambut, gaya bicara, aksesoris, bacaan dan pergaulan. Begitu seterusnya tidak ada habisnya.

Pernah suatu masa saya mengalami hal tersebut. Hanya saja waktu itu belum ada istilah alay. Yang ada hanya cap cay dan selai (hee..bercanda). Ketika saya SMP, saya termasuk anak yang mudah terpengaruh. Yang lain suka bola, saya pun ikut-ikutan. Ketika yang lain suka main PS- winning eleven, saya pun mulai belajar. Jadilah sekarang keahlian itu masih ada. Sulit dihilangkan. Ketika dulu teman-teman membuat group band, saya juga ikut-ikutan membentuk group musik amatiran. Saya belajar main gitar denga keras demi kebanggaan. Termasuk saya mengikuti gaya beberapa gitaris ternama di Indonesia. Meski tidak sehebat mereka, tetapi minimal gaya berpakaian, gaya rambut, gaya main gitar, aksesoris disama-samakan. Waktu itu saya bangga, malah sangat bangga bisa meniru artis ibu kota. Belakangan ini saya malu kalau disuruh mengikuti gaya mereka.

Menjadi anak alay benar-benar tak menyenangkan. Tak punya pendirian. Yang ada hanya ikut sana, ikut sini. Kalau yang diikuti kebaikan, itu tak masalah. Tapi kalau yang diikuti keburukan, itulah yang menjadi bencana. Ada beberapa anak yang saya tanya, kenapa kalian melakukan itu? Mereka mengatakan kalau mereka hanya mengikuti pergaulan. Biar dianggap gaul. Dan pergaulan itu bukan yang baik-baik. Akibatnya, di kemudian hari mereka menyesal melakukan tindakan tersebut.

Banyak orang yang minder dengan dirinya sendiri. Tidak percaya diri dengan fisiknya, dengan penampilannya, dengan usianya, dengan asal daerahnya dan lainnya. Akibatnya ya ikut-ikutan, biar dianggap mengikuti perkembangan jaman. Biar dianggap tidak ketinggalan. Biar meningkat kepercayaan dirinya. Biar dianggap hebat oleh yang lainnya.

Sudahlah..capek mengikuti perkataan orang yang belum pasti tepat. Capek mengikuti orang lain yang tidak penting. Lebih baik kita disibukkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan kualitas diri dari pada penampilan semata. Lebih baik kita memikirkan masa depan, dari pada mengikuti trend yang belum tentu benar. Belum tentu pula menyelamatkan kita di dunia maupun di akhirat. Kalau yang kita ikuti jelas-jelas baik sebagaimana Nabi Muhammad SAW, itu justru saya anjurkan. Tapi kalau yang kita ikuti saja tidak sholat, tidak percaya Allah, bagaimana mau menyelamatkan kita di akhirat kelak? Nah kan…

Kalau ada yang mengatakan, “Wah ga gaul..! Wah, kuper duper…wah ndeso..!!” Biarkan saja. Coba perhatikan Mas Tukul Arwana. Pasti kita semua mengenalnya. Saya tanya, “Kurang ndeso apa dia? Apakah wajahnya tampan? (maaf ya mas Tukul).” Yang menarik, Tukul Arwana tetap menjadi dirinya yang ndeso, unik, apa adanya, guyonan khas dan menjadi trend setter. Alih-alih sibuk dengan penampilan, beliau justru meningkatkan kualitas diri dan guyonan yang unik.

Be your self. Jadilah diri kita yang ada adanya. Yang tetap biasa, sederhana, rendah hati tapi tidak ketinggalan jaman. Bukan penampilan yang kita utamakan, tapi kualitas pribadi yang jadi perhatian. “Nanti kalau dikatakan kuper gimana dong? Kalau dikatakan ga gaul gimana lagi?” Tenang saja. Ya tidak perlu gimana-gimana. Sekali lagi, tingkatkan kualitas pribadimu.

Sudah, tak perlu berpanjang lebar. Percaya diri dengan gaya sendiri dari pada percaya diri mengikuti sana sini. Ingat kan setiap pendengaran, penglihatan, dan hati akan diminta pertanggung jawaban (QS Al Isra 36). Bekali diri dengan ilmu. Jadilah diri sendiri dan mari kita kembali beriman. Mengikuti yang benar dan selamat dunia akhirat, yaitu Al Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW.

Mohon beri masukan melalui komentar atau Twitter: @arifjadmiko

Tidak ada komentar:

Artikel Lain