Ahad, 11 September 2011, pelataran Sleman, jam 7.54, matahari malu-malu menampakkan wujudnya.
Alhamdulillah, Segala Puji Bagi Allah Rabb Semesta Alam yang menggerakkan saya untuk menulis kembali. Ini hari ketiga saya belajar menulis dan berbagi. Oiya, maaf ya alur berfikir saya dalam menulis kacau balau sehingga membuat teman-teman mengerutkan dahi untuk mencernanya. Pilihan kata yang saya gunakan juga masih ambur adul, masih terbatas kata yang ada di kepala ini. Tulisan saya dalam blog ini akan berisi berbagai hal, secara keseluruhan berisi pengalaman saya atau yang saya amati di sekitar.
Dua hari saya menulis, responnya beda-beda. Ada yang lucu, ada pula yang gimana gitu, hee. Ada yang menganggap bahwa itu pengalaman saya. Ada yang bertanya maksudnya apa. Ada yang langsung menge-like-nya (semoga sudah membaca sampai tuntas). Ada yang bertanya, kenapa saya di tag? (Halah-halah...kan saya cuma berbagi kawan). Ada yang berkomentar, “Ternyata...”. Dan masih banyak lagi.
Saya mengucapkan banyak terima kasih atas kesediaan teman-teman, sahabat, bro sis, ikhwan akhwat, cowok cewek, bahkan anak-anak dan bapak-bapak atau mungkin kakek nenek yang telah bersedia membaca tulisan saya. Sekali lagi, Terima Kasih. Sekali lagi, Terima Kasih. (Sengaja diulang, biar mantab Terima Kasihnya).
Ada sebuah kutipan, seingat saya dari Pak Fauzil Adhim. Begini bunyinya, “Kata-kata menunjukkan suasana hati dan kondisi jiwa”. Begitu pula dengan puisi saya yang agaknya bukan mirip sebuah puisi, benar-benar kacau. Judulnya Jaga Hati. Meski demikian, ini lahir dari lubuk hati saya yang terdalam (beneran lho...sedalam palung lautan). Puisi ini kemudian dipublikasikan di buletin Nah!. Silahkan buka blognya juga di buletinnah.blogspot.com. Simak saja ya...
Hati-hati jaga hati
Saat bergelimang harta
Saat jabatan datang kepada kita
Atau dunia menghampiri dengan berbagai rupa
Hati-hati jaga hati
Saat orang lain mencaci
Tak perlu merasa tersakiti
Mari kita introspeksi
Hati-hati jaga hati
Saat usia makin menua
Istri belum punya
Tak pandai menahan mata
Hati-hati jaga hati
Saat aurat terbuka sana sini
Saat para wanita jelita pamer diri
Iman belum setebal para kyai
Hati-hati jaga hati
Saat kenikmatan menghampiri
Atau musibah silih berganti
Mari kokohkan iman di hati
Hati-hati jaga hati
Dalam mengarungi kehidupan ini...
Ada segumpal daging dalam tubuh kita. Kalau itu baik, maka baiklah semuanya. Kalau itu buruk maka buruklah semuanya. Daging itu adalah hati. Begitu penjelasan Rosulullah.
Lihat saja orang di sekeliling kita, atau diri kita sendiri. Barangkali ilmunya tinggi, namun tak bisa menjaga hati. Sehingga sibuk pamer kepandaian dan kecerdasan. Banyak orang berparas tampan rupawan. Sibuk menghias diri dengan penampilan menawan. Dialah cowok metro seksual. Banyak pula wanita jelita bertebaran (seperti benih padi ditebar...), namun tak pandai menjaga diri. Eh, malah pamer kecantikan (dasar wanita tak tahu diri...). Padahal kecantikan itu untuk sang suami tercinta. Yang setia sampai mati. Pendamping hidup dunia akhirat. (aahhh..)
Lihatlah negeri ini. Banyak orang yang makin kuasa, makin besar korupsinya. Berapa banyak korupsi di bangsa ini. Salah siapa coba? Yang jelas bukan salah bunda mengandung. PR besar bagi para penguasa dan kita rakyatnya.
Banyak orang makin kaya, makin pelit terhadap sesama. Kalaupun berbagi itu seolah tak ikhlas memberi. Pengennya diliput media. Makin kaya, makin mewah perlengkapan yang digunakannya. Semoga itu untuk kebaikan. Bukan untuk pameran.
Banyak orang dicaci, dikritik dan diberi masukan. Malah mencak-mencak tak karuan (apa itu mencak-mencak?). Marah besar tak mau menerima kekurangan. Piye to iki? Kacau balau semuanya. Semoga kita termasuk orang yang berendah hati, apa adanya dan pasrah, yakin kepada Allah Subhana wa Ta’ala.
Mari kita jaga hati kita. Agar kita tidak mudah marah. Agar kita menerima kekurangan dengan lapang. Agar kita ikhlas dengan takdirNya. Ridho dengan ketetapanNya. Agar kita tidak silau dengan gemerlap dunia. Agar kita tidak terpesona dengan paras tampan rupawan dan cantik jelita. Agar kita tidak mudah mengejar-ngejar kekuasaan. (capek deh..harus lari-lari mengejarnya). Agar kita tidak kufur dengan nikmat-nikmatNya. Agar kita tidak mudah riya’, iri dan sum’ah. Agar kita tidak merasa paling. Agar kita tidak mudah mencaci dan ghibah kepada sesama. Agar kita.....Agar kita.....(silahkan isi sendiri lanjutannya).
Sekian share saya hari ini. Silahkan tinggalkan komentar dan masukan agar makin baik diri ini. Email: arief_jkl@yahoo.co.id. FB: Arif Jadmiko. Twitter: @arifjadmiko.
Katakanlah, ya Allah yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Mu-lah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati dan Engkau beri rejeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa batas. (Ali Imran 26-27)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar